Sunday, May 29, 2011

INVESTMENT: Reksadana

Too difficult to write in English, jadi Bahasa Indonesia aja, yaaa... :p

Hmm... Mulai dari mana, ya? Gw dan suami termasuk orang yang cukup teledor dan boros soal uang. Sadar betul dengan keborosan gw, sementara anak makin besar dan butuh biaya sekolah yang pastinya gak sedikit, setahun terakhir ini gw baru mulai berpikir untuk investasi. Bukan nabung ya, tapi investasi.

Tahun kemarin, gw sempat memulai usaha kecil2an mendesain baju batik Garut dan jualan di Facebook. Gw pikir, one day gw pingin jadi pengusaha. Be my own boss. Siapa coba yang gak kepingin? Not too bad sebetulnya, walopun jalannya masih slow-motion. Beberapa desain masih kurang diminati, dan gw masih harus belajar banyak tentang padu-padan batik. Tapi trus gw mikir, modal yang gw keluarkan udah lumayan banyak sedangkan pemasukannya masih seret. I know, usaha gak akan semudah membalik telapak tangan. Yang penting adalah ditekuni. Tapi modal gw gak banyak, dan masih gw gabungkan sama penghasilan bulanan dari gaji. Di saat mulai kehabisan modal itu, gw mikir, nerusin atau berhenti, ya? Karena uang buat keperluan lainnya mulai kepake untuk tambahan modal. Gw pun memutuskan untuk berhenti dulu.

Sebagian modal bulanan gw alihkan untuk tambahan modal suami, yang juga punya sambilan jualan sana-sini. I think he's a much better seller than me. Dia punya penciuman pasar yang bagus, dan networkingnya juga menurut gw oke. Dari sekadar main sepeda hari Minggu ke Thamrin, atau lihat-lihat mainan di toko Multi, dia sering dapat kenalan yang ujung-ujungnya jadi customer. Segala macam yang lagi hype bisa dia jadikan uang. Dari CD metal underground, topi dan kaos band metal limited editions, sepatu, spare part sepeda sampai skateboards. Dan karena dia jualan dengan sistem PO, kemungkinan meruginya cukup kecil dibanding usaha batik gw. Hasilnya alhamdulillah lumayan. :)

Gw sendiri mulai aktif baca thread reksadana di FemaleDaily Forum (walopun malu untuk posting, jadi cuma baca2 aja, hehe), googling ke blog2 orang lain dan masuk website investasi semacam bloomberg dan infovesta. Mungkin agak terlambat, karena banyak member FD yang sudah mulai sejak beberapa tahun lalu, tapi better late than never kan? Thanks juga untuk blog-nya irrasistible, yang membulatkan tekad gw untuk mulai.

Dari hasil baca-baca di sana-sini, sekarang gw sudah punya dua jenis reksadana.
1. Reksadana Saham (Panin Dana Maksima)
2. Reksadana Campuran (Panin Dana Unggulan)
Kedua produk ini termasuk yang return pertahunnya paling besar untuk masing-masing jenisnya, stabil dan track record pengelolanya juga baik selama ini.

Dengan bantuan software "My Plan" di www.portalreksadana.com, gw membuat perencanaan keuangan untuk masa depan. Gw harus beli rumah, menyekolahkan Maka sampai minimal S1, siap2 punya anak kedua, dan menyiapkan dana pensiun. Dari semua hitungan kebutuhan itu (kecuali perencanaan anak kedua, belum gw masukin ke plan karena takut lihat angka yang keluar), gw harus menginvestasikan sekitar 4,8jt perbulannya. Wakwauuu! Bayangin berapa angkanya kalo nambah plan anak kedua, ya? Mo pingsan rasanya... Saat ini gw belum bisa mengalokasikan dana sebesar itu tiap bulannya, tapi tiap gajian gw paksakan untuk top-up kedua produk yang gw punya. Panin Dana Maksima rencananya untuk DP pembelian rumah, sedangkan Panin Dana Unggulan untuk pendidikan Maka (di luar tabungan pendidikannya).

Target berikutnya adalah menutup utang2. Yep, gw dan suami masih ada utang hasil keborosan masa lalu. :p *jedotin kepala ke meja*. Gw berharap akhir tahun ini kita berdua sudah bebas dari utang, dan gw berniat menambah satu produk reksadana lagi, jenis pendapatan tetap. Incaran gw antara BNP Paribas Prima II atau Schroder Dana Mantap Plus II.

Btw, gw sangat menikmati investasi ini. Kegilaan gw akan online shopping bisa banget gw alihkan ke sini! Setiap kali transfer, jantung gw deg2an kaya kalo ngeklik "confirm" di online shop. Dan senangnya bukan main tiap kali surat konfirmasi pembelian RD nyampe ke rumah gw. :D :D :D

EDIT:
Oh ya, lupa. Satu hal penting yang mendorong gw memutuskan untuk berhenti usaha baju batik adalah kerjasama dengan tukang jahit yang masih kurang mulus. Karena tukang jahit gw tidak bekerja eksklusif untuk gw sendiri, jadi jalannya terlalu lambat dan sering kali harus menunggu dia kelar ngerjain jahitan orang lain.

No comments:

Post a Comment